Prediksi Harga Bitcoin (BTC): Uji Dukungan Kritis 50 SMA, Target Bullish Tembus Rp2,25 Miliar di Desember 2025 – Bitcoin Hyper juga Punya Potensi Menjanjikan?
Kami percaya pada transparansi penuh dengan pembaca kami. Beberapa konten di situs kami mengandung tautan afiliasi, dan kami mungkin menerima komisi melalui kemitraan ini. Namun, potensi kompensasi ini tidak pernah memengaruhi analisis, opini, atau ulasan kami. Semua konten editorial kami dibuat secara independen dari kemitraan pemasaran, dan penilaian kami sepenuhnya didasarkan pada kriteria evaluasi yang telah ditetapkan. Baca Selengkapnya!

Bitcoin (BTC) kembali menguji level teknikal krusial yang bisa menjadi penentu arah pergerakan harga berikutnya.
Aset kripto terbesar di dunia ini saat ini diperdagangkan sedikit di atas Simple Moving Average (SMA) 50-hari—garis teknikal yang sering disebut analis sebagai “Golden Line”—sementara pelaku pasar bullish membidik breakout menuju Rp2,25 miliar (setara $135.000) sebelum akhir 2025.
Bitcoin Uji Golden Line—Garis 50 SMA Jadi Kunci Penentu
Berdasarkan analisis dari pakar crypto bernama Merlijn The Trader (@MerlijnTrader), garis 50 SMA telah menjadi batas antara “kekayaan dan penyesalan” dalam siklus pasar Bitcoin sejak 2021. Merlijn menjelaskan di platform X bahwa “Pada tahun 2021, garis ini memicu pasar bearish. Pada 2024 dan 2025, setiap breakout bullish dimulai dari titik ini. Sekarang Bitcoin kembali mengujinya. Garis 50 SMA menentukan segalanya.”
Data historis turut memperkuat pernyataan tersebut. Ketika Bitcoin menembus ke bawah garis 50 SMA pada pertengahan 2021, peristiwa itu menandai awal dari tren bearish yang membuat BTC anjlok hingga mendekati Rp332 juta ($20.000). Sebaliknya, setiap pantulan yang berkelanjutan dari garis ini selama 2023 dan awal 2024 selalu memicu reli harga selama beberapa bulan.
Saat ini, harga Bitcoin berada di kisaran Rp1,83 miliar–Rp1,86 miliar ($110.000–$112.000), mendekati area moving average dengan posisi yang cukup rawan. Jika berhasil memantul dengan kuat, ini dapat menjadi sinyal kelanjutan tren bullish. Namun jika gagal bertahan dan menembus ke bawah, tekanan jual bisa meningkat signifikan.
| Nama Koin | Bitcoin (BTC) |
|---|---|
| Bitcoin Harga | $88,185.15 |
| Bitcoin ATH | $126,173.18 (October 6, 2025) |
| Bitcoin Perubahan Harga dalam 24 Jam | ▼ -0.1400% |
| Bitcoin Perubahan Harga dalam 7 Hari | ▲ 2.44% |
| Bitcoin Kapitalisasi Pasar | $1.76T |
| Sirkulasi Pasokan | 19.97M |
Analis Perkirakan Puncak Harga Rp2,25 Miliar–Rp2,33 Miliar pada Akhir 2025
Analis Elliott Wave populer BigBullMike7335 (@Michael_EWpro) memperkirakan bahwa Bitcoin akan mencapai puncak siklus berikutnya di kisaran Rp2,25 miliar hingga Rp2,33 miliar ($135.000–$140.000) pada Desember 2025. “Bitcoin puncaknya di Desember 2025, Rp2,25–2,33 miliar. Mereka yang berharap ke Rp3,3 miliar ($200.000+) akan segera sadar,” tulisnya.
Walau target tersebut terdengar ambisius, prediksi ini selaras dengan narasi umum dalam proyeksi harga Bitcoin yang menyebut BTC sedang memasuki fase ekspansi pasca-halving. Halving Bitcoin terbaru yang terjadi pada 2024 secara historis selalu mendahului tren bull run besar—sebuah pola yang masih diamati ketat oleh investor institusi.
Masuknya dana ke berbagai produk ETF Bitcoin, termasuk milik BlackRock, Fidelity, dan Grayscale, memperkuat anggapan bahwa permintaan institusi tetap menjadi pendorong besar di pasar. Hingga saat ini, kapitalisasi pasar Bitcoin mencapai sekitar Rp34.96 kuadriliun ($2,1 triliun), mencakup kurang lebih 53% dari total kapitalisasi pasar crypto global.
Bitcoin vs Emas—Rasio BTC/Gold Tunjukkan Sinyal Pembalikan
Seorang trader bernama TedPillows (@TedPillows) membagikan grafik jangka panjang yang menunjukkan rasio BTC/Gold membentuk potensi titik dasar lokal—indikasi bahwa Bitcoin bisa segera mengungguli emas setelah tertinggal selama beberapa bulan. Ia menulis bahwa “Langkah berikutnya seharusnya adalah Bitcoin mengungguli emas, tetapi itu bisa terjadi jika penutupan pemerintahan AS berakhir.”
Grafik yang ia bagikan menampilkan garis tren dukungan yang terus meningkat sejak 2017, kini bertemu dengan garis tren resistensi menurun—formasi klasik untuk potensi pembalikan arah secara teknikal. Ted menjelaskan bahwa kekuatan harga emas belakangan ini berasal dari kekhawatiran terkait perang dagang AS-Tiongkok dan pergeseran minat ke aset safe haven. Namun menurutnya, katalis makro tersebut mulai memudar, yang membuka peluang rotasi kembali ke aset berisiko seperti Bitcoin.
Faktor Makroekonomi dan Arus Masuk ETF Bisa Dorong Pemulihan BTC
Aktivitas institusi tetap aktif di pasar ETF Bitcoin. ETF Bitcoin milik BlackRock (IBIT) dan Fidelity (FBTC) terus mencatat arus masuk modal yang stabil sepanjang kuartal keempat 2025, mencerminkan tingkat kepercayaan investor yang tetap tinggi. Produk-produk ini bukan hanya memperkuat legitimasi Bitcoin di mata investor tradisional, namun juga memperdalam likuiditas pasar BTC secara keseluruhan.
Sementara itu, kondisi makro seperti penurunan ekspektasi inflasi dan kemungkinan berakhirnya kebuntuan anggaran pemerintah AS berpotensi mendorong sentimen pasar ke arah risk-on. Jika faktor-faktor ini selaras dengan pantulan kuat dari dukungan teknikal di garis 50 SMA, maka kombinasi tersebut bisa menjadi pemicu munculnya tren bullish baru untuk Bitcoin.
Outlook Bitcoin—Tetap Bullish Selama Bertahan di Golden Line
Saat ini, arah pergerakan Bitcoin sangat bergantung pada satu pertanyaan utama: apakah harga mampu bertahan di atas Golden Line? Selama garis 50 SMA tetap utuh, struktur pasar tetap mengarah pada peluang kenaikan berikutnya menuju Rp2,25 miliar ($135.000), didorong oleh partisipasi ETF yang semakin tinggi, kapitalisasi pasar BTC yang kuat, serta rasio teknikal BTC/emas yang mendukung.
Para trader saat ini memantau kondisi ini secara ketat. Jika harga berhasil memantul dari level 50 SMA, maka hal tersebut bisa menjadi awal dari reli signifikan yang mungkin membawa Bitcoin mendekati rekor tertinggi baru (ATH).
Jika pola sejarah kembali terulang, maka garis 50 SMA berpotensi kembali menjadi titik peluncuran untuk siklus besar Bitcoin berikutnya—siklus yang diharapkan oleh banyak investor akan membawa harga BTC melampaui Rp2,25 miliar ($135.000) sebelum penutupan tahun 2025.
Bitcoin Makin Siap Tembus Rp2,25 Miliar, Tapi Ada Satu Presale yang Bikin Investor Lebih Agresif
Saat pasar menanti breakout besar dari Bitcoin, banyak investor justru mulai mencari peluang di luar BTC itu sendiri. Salah satu alternatif yang kini menarik perhatian adalah presale Bitcoin Hyper ($HYPER)—proyek Layer 2 revolusioner yang dibangun khusus untuk mempercepat dan mengefisienkan transaksi Bitcoin.
Bitcoin Hyper menawarkan kombinasi unik antara keamanan jaringan Bitcoin dan kecepatan tinggi dari teknologi Solana Virtual Machine (SVM). Dengan arsitektur rollup yang canggih dan staking rewards hingga 46% per tahun, proyek ini menjadi magnet baru bagi investor ritel dan institusi yang ingin “masuk awal” sebelum reli besar terjadi.

Kenapa Bitcoin Hyper Bisa Jadi Solusi Skalabilitas BTC
Selama ini, Bitcoin dikenal lambat dan mahal untuk digunakan sebagai alat transaksi sehari-hari. Bitcoin Hyper hadir sebagai Layer 2 yang memungkinkan transfer BTC dengan finalitas instan dan biaya yang jauh lebih rendah. Infrastruktur ini mencakup Canonical Bridge untuk jembatan ke Layer 1, verifikasi ZK-proof, dan komitmen data ke blockchain utama untuk memastikan keamanan tetap setara dengan standar Bitcoin.
Selain itu, dukungan terhadap staking dan dApps membuka potensi adopsi yang jauh lebih luas. Ini menjadikan Bitcoin Hyper tidak hanya sebagai solusi teknis, tapi juga sebagai platform ekosistem DeFi berbasis BTC pertama yang benar-benar usable.
Tokenomics dan Fase Presale Bitcoin Hyper
Saat ini, harga 1 $HYPER berada di $0.013215 atau sekitar Rp220 (kurs Rp16.649,10/USD). Presale sudah mengumpulkan lebih dari $25,6 juta dari target $26 juta. Alokasi token meliputi 30% untuk pengembangan, 25% treasury, 20% marketing global, 15% untuk rewards komunitas dan staking, serta 10% untuk listing di exchange.
Skema ini menciptakan keseimbangan antara utilitas jangka panjang dan insentif jangka pendek. Presale bisa ditutup lebih cepat jika target tercapai. Investor awal juga berpeluang mendapatkan reward staking secara langsung begitu fitur klaim dibuka.
Tim developer Bitcoin Hyper saat ini fokus pada beberapa tahapan penting: penyempurnaan execution layer, rollup sequencing model, observability tools, dan indexing. Rencana besar ini bertujuan menjadikan Bitcoin Hyper sebagai Layer 2 utama untuk BTC dengan pengalaman pengembang yang familiar dan ekosistem yang scalable.
Fase-fase ini dijadwalkan berjalan hingga pertengahan 2026, dengan target pencapaian penuh ekosistem pada Q1 2027. Seluruh roadmap dapat dipantau di situs resmi mereka.

Cara Beli $HYPER untuk Pemula
Untuk ikut serta, cukup siapkan dompet crypto seperti MetaMask atau Best Wallet. Kunjungi situs resmi Bitcoin Hyper, lalu hubungkan dompet Anda dan pilih jumlah $HYPER yang ingin dibeli. Tersedia juga opsi pembayaran dengan kartu.
Ingin belajar lebih detail? Baca panduan lengkap “Cara Beli Bitcoin Hyper: Panduan Mudah untuk Pemula” yang akan membimbing Anda langkah demi langkah dari nol hingga berhasil membeli dan staking token ini.

Staking $HYPER: Penghasilan Pasif Hingga 46% per Tahun
Fitur staking Bitcoin Hyper memungkinkan investor untuk mengunci token mereka dan mendapatkan reward dinamis yang diperkirakan mencapai 46% per tahun. Sistem menggunakan Web3Payments untuk distribusi otomatis dan transparan setiap blok ETH.
Total token yang telah distake mencapai lebih dari 1,14 miliar $HYPER, menunjukkan minat besar komunitas terhadap potensi pendapatan pasif ini. Reward dapat diklaim setelah fase klaim resmi dibuka.
Banyak investor menilai Bitcoin Hyper sebagai proyek yang memiliki potensi pertumbuhan lebih agresif dibandingkan BTC. Dengan posisi Bitcoin saat ini yang sedang menguji garis 50 SMA, banyak analis melihat bahwa altcoin seperti $HYPER justru memberikan posisi entry yang lebih ideal.
Presale yang sedang berlangsung memberikan akses ke harga awal sebelum listing di exchange besar. Dengan perkembangan infrastruktur yang progresif, staking reward tinggi, dan roadmap yang jelas, Bitcoin Hyper bisa menjadi proyek Layer-2 paling sukses di jaringan Bitcoin.
Jangan lewatkan juga artikel kami yang mengulas proyeksi harga jangka panjang di “Prediksi Harga Bitcoin Hyper 2025–2030” untuk mengetahui potensi sebenarnya dari token ini.
Jika Bitcoin berhasil bertahan di atas garis emas 50 SMA, target Rp2,25 miliar ($135K) jadi sangat realistis menurut analisis teknikal dan tren historis. Namun bagi investor yang berpikir dua langkah ke depan, potensi terbesar justru ada pada proyek yang masih dalam tahap presale seperti Bitcoin Hyper. Ketika Bitcoin baru membentuk struktur untuk naik, Bitcoin Hyper sudah membangun ekosistem dan teknologi yang mendukung lonjakan nilai sejak awal.
Kombinasi antara model Layer 2 berbasis SVM, arsitektur rollup yang scalable, dan staking reward tinggi menjadikan $HYPER sebagai alternatif unggul bagi investor yang mencari pertumbuhan eksplosif, bukan sekadar stabilitas. Fakta bahwa presale hampir mencapai target $26 juta menunjukkan minat pasar yang tinggi dan validasi terhadap potensi proyek ini di masa depan.
Jika Anda belum mengambil bagian, waktu Anda semakin sedikit. Harga token akan naik dalam hitungan jam, dan presale bisa ditutup lebih awal. Bergabung lebih cepat berarti peluang ROI yang lebih tinggi saat proyek mulai diperdagangkan secara publik.
Beli Bitcoin Hyper di SiniDisclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.